Diawal minggu dan pada pertengahan musim hujan, semua orang sibuk dengan kegiatan masing masing, berlari menuju kelas saat bel masuk dibunyikan, membentuk kelompok belajar masing masing dan belajar saat jam pulang, sampai berlari mengejar guru untuk menanyakan nilai ujian tengah semester. Tak ada seorangpun yang menyadari kehadiranku, kecuali orang orang yang menyedihkan, tak punya usaha dan tak punya pilihan. Aku selalu menunggu mereka dibelakang gedung utama sekolah, saat hujan , dengan memakai payung hitam. Tapi sengaja menemuiku bukanlah pilihan yang tepat karena kau tak akan bisa hidupmu tenang, terus dihantui rasa ketidakpuasan.
***
Gawat, gawat! Masih sempat tidak ya?, sekali lagi aku melihat arlojiku yang menunjukan pukul tujuh lewat dua menit, dadaku sudah semakin sesak karena terlalu lama berlari. Saat sudah sampai didepan ruang kelas, saking paniknya aku membuka pintu dengan kasar, membuat semua anak anak dikelas termasuk pak guru terkejap melihatku. “Mamat! Kau sudah terlambat tiga kali berturut turut dalam minggu ini! berdiri di diluar kelas selama dua jam!” teriakan pak guru diikuti seluruh gelak tawa anak anak dikelas, ada yang mengejek, dan ada pula yang melihatku dengan pandangan ‘merendahkan’. Dengan terpaksa aku berdiri diluar kelas. Semua anak kelas membenciku, setidaknya aku berpikir begitu setelah semua yang mereka lakukan padaku, mencoret coret dan merobek buku catatanku, mengguyurku dengan kuah bakso, sampai memerasku setiap pulang sekolah. Karena lemah dan bodoh aku tak bisa melawan mereka, aku hanya mengikuti kata kata mereka yang semakin hari semakin menjadi jadi. Aku sengaja datang terlambat kesekolah karena tak mau bertemu rombongan anak anak yang selalu menjahiliku. Tapi saat istirahat dan pulang sekolah, tetap saja bertemu. Namaku yang sebenarnya pun Rachmat, tapi mereka memanggilku Mamat karena terkesan seperti laki laki bodoh, sampai pak guru juga memanggilku begitu.
“hei, kau sudah dengar? “ aku sadar dari lamunanku ketika mendengar dua siswi sedang melewatiku sambil berbincang bincang, “soal apa?” Tanya seorang siswi yang rambutnya diikat, “katanya tahun ini gadis hujan muncul lagi”
“gadis hujan? Apa itu?”
“kamu tak tahu ya? Gadis itu selalu menunggu mangsa yang menghampirinya dibelakang gedung sekolah, ciri khasnya adalah dia memakai payung berwarna hitam dan rambut hitam yang panjang, ia juga memakai baju seragam sekolah seperti kita. Ia hanya muncul sepuluh tahun sekali selama musim hujan, ia datang untuk mengabulkan permintaan murid murid, tapi hanya orang tertentu yang bisa melihatnya, juga akan berubah seperti setan, dia seperti hantu yang suka mengganggu dan mengutuk” kata gadis satunya lagi yang berbicara seperti sedang menakut nakuti.
“ih seram ya”
Gadis hujan? Memangnya ada yang seperti itu? Pikirku. Pak guru keluar dari ruangan dan menyuruhku masuk setelah dua jam. “mat, nanti pulang sekolah bantu bapak memindahkan dokumen dokumen sekolah ke gudang ya” pintanya, “ba.. baik, pak”. Bel pulang sekolah sudah berbunyi, secepat kilat aku meninggalkan ruangan itu tanpa sepatah katapun, lagipula aku tak punya teman, jadi tak ada seorang pun yang bisa kuajak bicara. Aku menemui pak guru dan membantunya memindahkan dokumen dokumen yang tebal dan berat, harus kubawa kegudang sekolah yang minta ampun jauhnya, kaki dan tanganku lemah, jadi aku mulai terasa capek setelah setengah perjalanan, tiba tiba hujan deras datang mengguyurku dengan cepat, benar juga ini musim hujan, pikirku. Segera kupercepat langkahku agar dokumen yang kubawa tidak basah, tapi tiba tiba aku tersandung sesuatu, membuatku jatuh kedalam kubangan dan dokumen yang kubawa berhamburan, ternyata ada seutas tali panjang yang dipasang untuk membuatku jatuh. “hahaha! Jatuh ya? Sakit kan?” seru seorang anak laki laki bertubuh tinggi mengejekku, sepertinya mereka yang sengaja memasang tali ini. aku menatap mereka dengan tatapan benci, “apa apaan kamu menatap kami begitu! Sepertinya kau mulai jadi anak kesayangan pak guru, biar kuhancurkan dokumen ini agar kau dimarahi pak guru!” serunya dengan menginjak injak kertas kertas itu, diikuti teman temannya, “hya hahaha!” mereka tertawa seperti setan. “tidak! Kumohon jangan” pintaku. “cerewet!” katanya, lalu ia mengayunkan tinju yang mengenai perutku, seketika aku terduduk kesakitan. “lain kali kau harus menurut pada kami, kau sengaja menjauhi kami, kan”, lalu mereka pergi dengan santainya, menyisakkan sakit dan luka diperut juga hatiku.
Dengan terbata bata aku mengumpulkan dokumen yang kotor itu, aku harus bilang apa pada pak guru?. Tiba tiba muncul sebuah tangan yang memberiku kertas kertas dokumen itu, aku melihat keatas untuk memastikan siapa yang melakukannya, ternyata seorang anak perempuan. “ini” katanya, “terima kasih” kataku, lalu aku terkejap saat melihat semua dokumen itu bersih dan bagus lagi, seperti tak ada tanda tanda diinjak sebelumnya, kenapa bisa begini? Mana mungkin anak perempuan tadi menyihirnya hingga bagus kembali. Aku tersadar, anak perempuan tadi memakai payung berwarna hitam, dengan rambut hitam panjang, mugkinkah dia?, tapi saat aku melihat kearah dia, anak itu sudah hilang, lalu ada sebuah tulisan dengan pensil dikertas itu yang sebelumnya tak ada disana, seketika aku membacanya, gapailah semuanya sekarang, saat hujan temui aku dibelakang gedung sekolah, ambilah semua yang bukan milikmu. Ternyata benar, ia adalah gadis hujan. Aku harus menemuinya.
Aku membiarkan diriku diguyur hujan saat berjalan menuju gedung belakang sekolah, dan aku melihat gadis itu lagi, menatapku dengan tatapan kosong dibalik payuh hitamnya yang besar. “kau datang?” tanyanya., aku hanya mengangguk gugup. “apa permintaanmu?” tanyanya lagi, “apa?” tanyaku balik. “semua orang yang melihatku pasti punya permintaan, percayalah aku bisa membuat itu menjadi kenyataan”. Permintaanku? Aku berpikir dalam hati bahwa aku adalah anak laki laki yang bodoh, lemah, jelek dan bertubuh pendek, juga berbagai kekurangan lainnya. Dengan cepat aku menjawab, “aku ingin jadi lelaki yang sempurna!” pintaku. “tepat” katanya, lalu mengeluarkan asap dari tangannya dan memasukannya ke dalam mulutku dengan paksa, aku kaget dan sedikit merasa kesakitan, setelah ia berhenti ,aku terduduk kesakitan. “a.. apa yang kau masukan kemulutku?” tanyaku takut, “sekarang kau sudah menjadi yang kau inginkan”, katanya. Aku merasakan kaki dan tanganku terasa nyaman dan keras, membuatku ingin mengujinya. Dan aku bisa berlari dengan cepat, cepat sekali dan tak merasa capek, lalu aku menguji tanganku dengan memukul sebatang pohon, seketika pohon itu tumbang dengan sempurna. Aku benar benar sangat kaget, inikah yang dinamakan kuat? Lalu aku merasakan seluruh otakku diisi dengan rumus rumus fisika, matematika, dan kimia. Dan aku bisa merasakan pengetahuan pengetahuan merembes masuk keotakku, inikah yang dinamakan kepintaran?, “kau sudah puas?” katanya, “temui aku disini lagi besok”, lalu aku melihatnya menghilang dalam kegelapan hujan.
Aku tak bosan bosannya melihat ke cermin dan bergaya, inikah yang dinamakan ketampanan?. Kalau aku berjalan seperti biasa menuju kekelas, semua anak cewek memperhatikanku dengan tatapan suka, diikuti dengan jeritan memanggil namaku, saat ujian fisika berlangsung, aku bisa mengerjakannya dengan lancar, padahal kemarin aku sama sekali tidak belajar. Hebat, gadis hujan itu benar benar hebat. Rombongan anak anak nakal menarik tanganku segera setelah bel pulang sekolah berbunyi, “apa yang terjadi? Kenapa kau dipuja puja cewek? Sepertinya hukuman kemarin tak cukup bagimu” lalu ia mengayunkan tangannya untuk meninju pipiku, tapi kali ini aku bisa melihatnya, terlihat sangat lamban, dengan cepat aku menangkisnya, dan kembali memukul, membuat ketua rombongan itu terlempar dan kepalanya membentur dinding, mereka semua terkejut dan dengan kesal mau mengeroyokku, tanpa sadar setelah beberapa detik kemudian, mereka semua tergeletak babak belur, apakah aku yang melakukannya? Ya, benar. Sekarang aku benar benar kuat, tak terkalahkan, aku ingin jadi lebih kuat dan lebih sempurna. Semua pikiranku teracuni, aku tak tahu lagi mana yang benar, sekarang aku ingin membalas semua orang yang sudah menyakitiku, hanya dengan sedikit gerakan, mereka semua babak belur, menyenangkan sekali rasanya.
“ini tidak bagus” kata seorang gadis yang tiba tiba muncul dihadapanku, ternyata gadis hujan, tentu saja dengan masih memakai payung hitam. “apanya yang tidak bagus?” tanyaku, “kau lihat? Aku kuat! Aku pandai dan tampan! Tak ada yang bisa mengalahku”
“tapi kau sudah menghajar lebih dari 30 orang! Hentikan semua ini” katanya, “aku tidak bisa, aku harus membalas apa yang mereka lakukan padaku”. Lalu gadis itu mendekatiku dengan cepat, lalu tangannya dimasukannya kedalam mulutku dengan paksa dan mengeluarkan asap yang wujudnya sama seperti kemarin. “apa yang kau…!” “aku sudah mengambil kesempurnaanmu, ternyata semua orang sama saja” katanya, “apa maksudmu?” tanyaku dengan nada marah, “kau tetap kau! Tetap menjadi orang yang lemah, jelek, dan bodoh! Mamat yang bodoh, kau tidak bisa berubah, aku tak bisa membiarkanmu berbuat sesukamu”, katanya. Aku benar benar tersinggung dengan ucapannya, “baik! Aku akan membuatmu menarik kata kata mu! Aku tidak menyedihkan seperti yang kau ucapkan!” lalu aku berlari pulang dengan kondisi tetap basah karena hujan, karena hujan tidak ada yang bisa melihatku menangis. Dia benar, aku menyedihkan, aku yang bodoh dan lemah ini tiba tiba jadi buta karena kekuatan, aku tak berhak untuk itu. Tapi merasakan kalau diri kita sempurna itu menyenangkan sekali. Lalu aku berpikir, kenapa aku tak berusaha untuk mencapai itu? Selama ini aku menganggap diriku tidak istimewa dan tak pernah berusaha, tapi kali ini lain, aku punya semangat yang lain, ya aku akan mencapai semua itu.
Tiga hari kemudian hasil ujian matematika dibagikan dan aku mendapat nilai 70, yang biasanya 40. Saat lomba lari untuk ujian olahraga , aku mendapat urutan ke-3 yang biasanya ke-10. Aku benar benar puas, inikah yang dinamakan usaha yang berhasil, ada kepuasan tersendiri yang hanya bisa dirasakan setiap orang, bukan karena disihir untuk menjadi itu. “kelihatannya kau tak begitu kuat lagi sekarang, aku tak tahu dari mana kau dapatkan kekuatan itu sebelumnya, tapi gara gara kau, aku mendapat luka 8 jahitan dikepalaku, kau harus tanggung akibatnya” ancam salah satu dari mereka, mereka mengajakku kebelakang gedung sekolah, mereka ingin menghajarku. Tapi kali ini rasanya aku bisa melawan, berkat masuk anggota taekwondo sejak tiga hari lalu, aku merasa bisa melawan mereka, setiap kali mereka berhasil meninjuku, aku membalasnya, hasilnya kami semua babak belur, saat mereka berlima pingsan dan aku juga hampir pingsan karena sepertinya luka luka ku jauh lebih parah dari mereka, aku merangkak rangkak mencari pertolongan, tapi tidak bisa, mataku kabur dan seluruh tubuhku terasa amat sakit sampai tak bisa bergerak lagi, hasilnya aku pingsan setelah agak jauh merangkak. Dalam pandangankuyang kabur, aku bisa melihat gadis hujan mengampiriku dengan payung hitamnya, ia menanamkan ujung payung itu didekatku agar aku tak basah karena hujan, lalu ia berbisik ditelingaku,
“hanya sekali ini saja, kau tidak boleh terkena hujan, hujan itu sangat menyakitkan, kau tahu?”
. Setelah menanamkan payungnya ditanah dekat aku berbaring, ia berdiri melawan hujan sambil melihat keatas, lalu ia menghilang . Aku ingat lanjutan kata kata dua orang siswi yang berbincang beberapa hari yang lalu. Katanya gadis hujan tak akan bisa muncul lagi tanpa payung hitamnya. Lalu demi aku dia meninggalkan payungnya dan menghilang? Apa aku sebegitu penting dimatanya.
Seminggu setelah kejadian itu, payung itu tetap kusimpan dirumahku, aku selalu memakainya saat hujan. Saat ini aku sudah merasa sempurna, begitu mudah meraihnya kalau mau berusaha, tidak bergantung pada sihir yang tak mungkin bisa dipercaya. Hujan terus turun sejak tadi pagi, aku mengeluarkan payuh hitam itu dan memakainya untuk pulang kerumah, lalu tepat disampingku aku melihat gadis hujan itu, tersenyum puas kearahku. Selama aku memakai payung ini, aku bisa terus bertemu dengannya, tidak harus dibelakang gedung sekolah dan menunggu 10 tahun lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar