Rabu, 20 Juni 2012

Waktu dan Takdir


Tik tok tik tok, jarum terus bergerak kearah kanan dengan kecepatan dan nada yang teratur, langit, menunjukkan waktu dan suasana demi suasana yang sedang kita alami. Waktu terus berjalan dan menguasai kita sampai akhir dunia. Akan tetapi, waktu yang bisa menentukan suasana dan terlihat seperti menguasai segalanya pun tetap berlari mengejar tanpa mengetahui keinginan, takdir dan kejadian yang kita alami. Meskipun kau sudah berusaha sampai titik darah penghabisan untuk mencapai tujuanmu, takdirmu tetap ditentukan dan waktu terus mengejarmu. Terkadang, takdir dan waktu bisa bersahabat dengan dirimu hanya apabila kau mengerti mereka, mungkin takdir yang mempertemukanku dengan dirinya dan waktulah yang berkuasa saat memperlihatkan keindahannya.
                “kau belum tidur?” suara yang agak parau dengan nada sedikit cemas terdengar ditelingaku “jangan bermain dengan handphone mu terus, apa kau sudah menyelesaikan tugasmu?” kali ini suara itu terdengar melengking dan ada perasaan kesal didalamnya.
“sebentar lagi bu” jawabku dengan singkat dan datar, ibu hanya menghela nafas perlahan  dan pergi setelah menutup pintu kamarku. Sebenarnya aku suka sekali tidur lebih cepat dan bangun lebih awal, namun ada sesuatu yang sangat menarik perhatianku malam ini, aku sedang membaca timeline seseorang, rutinitas ini sudah kulakukan baru baru ini dan semakin lama aku semakin tertarik. Orang ini sangat menyukai sajak, ia mempunyai akun twitter kedua dan menyembunyikan identitasnya meskipun itu usaha yang sia sia, aku tahu persis siapa yang memiliki akun ini. Setiap malam ia selalu membuat beberapa sajak mengenai dirinya. Meskipun ini tidak bisa dibilang perbuatan yang terpuji karena kurang sopan men-stalke twitter orang lain dengan sengaja dan terus menerus. Namun aku menyukai kata kata yang ia posting meskipun sebenarnya kata kata itu tak lebih dari perasaan sedih pembuatnya yang bisa membuat hati pembacanya teriris, terus terang aku juga tidak begitu mengerti kata kata yang ia rangkai, akan tetapi aku sangat tertarik dengan apa yang dilakukannya, dia membuat suasana sedih, pedih dan sakit menjadi begitu nyata.
                Ia selalu membuat sajak sajak yang menorehkan kesedihan yang amat mendalam, aku tahu itu, aku dapat merasakannya, mungkin ini karena kegagalannya dalam menjalin hubungan dengan pacarnya. Kalau aku yang menjadi pacarnya, aku akan sangat sedih bila orang yang mencintaiku terus menuliskan sajak kesedihannya tentang diriku terus menerus, ini sama seperti seorang penulis yang membuatku sebagai pemeran utamanya dan mengakhiri cerita dengan unhappy ending. Terbesit keinginan dibenakku, suatu saat akan kubuat orang ini menuliskan namaku dan aku sebagai pemeran utama dan tokoh didalam sajaknya, namun bukan sajak yang mengadung kesedihan dan kepiluan, melainkan sajak yang mengandung kebahagiaan dengan berbagai arti.
                Banyak wanita yang menginginkan bunga, boneka beruang raksasa, kue, atau coklat dari kekasihnya, namun tidak denganku, yang aku inginkan hanya kata kata penuh cinta yang dibuat oleh orang yang sangat mencintaiku dengan sepenuh hatinya, suatu saat ketika aku menjadi seorang penulis terkenal, sajak sajaknya akan kumuat dalam cerita cerita ku, dan kami berdua akan membacanya berulang ulang sampai tua, sampai salah satu dari kami tidak bisa lagi merangkai kata kata, itu keinginanku, sederhana.
“aku tidak mau pacaran dengan orang yang tidak mengerti hobiku” kataku dengan kasar kapada seorang teman wanitaku, “maksudmu?” tanyanya dengan mengernyitkan alisnya yang tipis, “kau tahu tidak, baru baru ini aku membuat cerpen untuk menguji seseorang”, jawabku
“menguji?” tanyanya lagi
“aku membuat sebuah cerpen dan meminta ia untuk menilainya, dan kau tahu apa komentarnya? Dia hanya bilang ‘bagus’ dan ketika kutanyai lagi mengenai bagian apa yang ia sukai, dia menjawab ‘semuanya’ “, jawabku dengan nada kesal.
“lho, itu baguskan, artinya cerpen buatanmu benar benar bagus dan ia menyukai semua bagiannya”
“apanya yang bagus, jawaban itu membuatku kesal, suasananya seperti ini, jika kau ditanyai mengenai film kesukaanmu kau pasti akan menjawabnya dengan bersemangat dan menyebutkan bagian khusus yang kau sukai, kan? Pasti begitu, dan itu bukti kalau dia tidak menyukai cerpenku atau mungkin tidak menyukai hobiku” jawabku, mencoba menjelaskan
“mungkin ia hanya tidak mengerti mengenai cerpenmu, kau sering memakai kata kata sulit dan orang yang agak kaku pasti tidak bisa memahaminya, kan”
“nah itu tadi!” jawabku dengan nada kesal “aku tidak mau pacaran dengan orang yang tidak mengerti hobiku, meskipun ia menelepon dan mengirimiku pesan berkali kali, aku tidak akan memerdulikannya, bisa kau bayangkan betapa tersiksanya aku ketika pacaran dengan dia, kan? Aku pasti akan terus menahan hati” jawabku
“kau memang orang yang keras kepala, ami, bukan salah dia kalau dia tidak mengerti hobimu kan? Kalau begitu kau harus berpacaran dengan laki laki yang mengerti sastra, hahaha” jawab nya sambil mengolok olok
“yah mungkin aku memang keras kepala, tapi kalau aku membuat cerita dan merangkai kata kata bagus untuknya dan dia tidak mengerti itu pasti akan membuatku kesal, itu saja”
“ngomong ngomong” katanya lagi “aku tahu laki laki yang mengerti sastra , anak kelas unggulan disebelah kan? Setiap pagi ia terus terusan me-retweet sajak sajak cinta, sepertinya kau cocok dengan orang yang seperti itu” jawabnya dengan sinis.
“ehm, sesudah ini pelajaran matematika kan? Aku pinjam buku latihanmu dong, semalam aku lupa membuat PR”  kataku, mencoba mengalihkan pembicaraan, aku takut ia akan menjelek jelekkan laki laki yang saat ini sedang menarik perhatianku itu, sepertinya orang orang tidak menyukai hobinya itu, memang jarang ada sih laki laki yang menyukai sajak sajak indah begitu dijaman dan suasana yang serba kasar begini, ‘cerpenpun sekarang sudah tidak begitu diminati, apa lagi sajak’, pikirku. Namun itulah letak keunikannya, aku kira laki laki seperti itu hanya satu diantara dua ratusan orang.
                Semua berawal saat dia menanyaiku mengenai ulangan biologi, ibuku guru biologi disekolahku dan mengajar dikelasnya, ia menanyaiku mengenai pelajaran dikelas dan aku juga begitu, ia orang yang cukup bisa diajak bersahabat dan bercanda, bisa dibilang aku merasa nyaman saat berkomunikasi dengannya walaupun dalam pesan pesan, belum lagi ia tidak seperti laki laki yang berada didalam lingkungan unggulan dalam waktu lama yang selalu bersikap serius, kaku dan tidak begitu bisa diajak bercanda. Obrolan kami berlanjut semakin akrab dan semakin akrab sehingga ada suatu ketertarikan dalam diri kami masing masing. Aku kira ia dan aku menyadari ketertarikan ini.
                Namun saat berada didunia nyata, kami tidak pernah sekalipun mengobrol atau sengaja bertemu meskipun dalam obrolan dihandphone terlihat begitu akrab seperti sudah mengenal sejak lama, ada rasa teramat gugup yang menguasai seluruh tubuhku saat bertemu atau berpapasan dengannya secara tidak sengaja, begitu pula dengannya, aku selalu berpura pura melakukan sesuatu atau memandangi sesuatu yang lain saat berpapasan dengannya, dan ia sepertinya terus melakukan hal terbaik untuk menghindar, kami hanya diam seperti orang yang tidak saling kenal saat bertemu. aku masih ingat perasaan ketika menunggu dan memandanginya dari balkon setiap pagi, aku masih ingat perasaan dimana aku memperhatikannya mengemudikan motornya hingga tak terlihat lagi, aku masih ingat saat aku terkaget dan berpaling kebelakang seperti orang bodoh saat tiba tiba melihatnya didepan mataku, aku masih ingat saat ia pura pura melihat kearah denah sekolah saat melihatku turun dari tangga, dan  aku masih ingat ketika menunggunya datang keruang kelas tempat kursus dengan perasaan gugup. Aku dan dia terus menyimpan rasa di waktu yang cukup lama dalam diam.
                Akhirnya setelah agak lama kami berdua melalukan pendekatan dengan sengaja, ia mulai sedikit bisa menggodaku, ia mencoba memanggilku dengan panggilan ‘manis’, aku sangat senang mendengarnya, namun itu berarti aku juga harus mempunyai nama panggilan khusus untuknya, awalnya aku hanya bercanda dengan memanggilnya ‘jelek’, namun ia menanggapinya dengan serius dan kami berpikir bahwa ini lucu, jadi kami membuat status dalam blackberry masing masing yang berbunyi ‘we are sweet and ugly  J’, dan mulai muncul rumor rumor mengenai kedekatan kami. Aku menyukai sajak sajaknya dan ia pernah mengirimkan beberapa kepadaku, yang bunyinya
Aku selalu berdoa, mudah mudahan kau tak sama seperti mereka, yang menilai hanya dari apa yang bisa mereka lihat. Sungguh aku bukan siapa siapa dan tak punya apa apa, namun aku takkan pernah berhenti mencintaimu.
Aku selalu heran, mengapa Tuhan menciptakanmu begitu manis didepanku, berkedip adalah cara Tuhan menegurku, agar tak terlalu lama memandangmu.
Kau tahu, aku tak peduli bagaimana dunia menjatuhkanku. Selama kau disisiku, aku sudah punya lebih dari segalanya.
Demi semua rasa indah yang belum bisa kuberi nama, aku berharap bisa menjadi satu-satunya lelaki yang mampu mengusap air matamu, dengan lembut.
Takkan ada yang mampu mengungkap diam kita. Ya, tak ada, bahkan aku atau kau sekalipun. Hanya waktu, dan sebuah rasa dalam hati kita, yang belum juga mampu kita ungkapkan.
Kau lebih terang dari kerjap cahaya, lebih anggun dari purnama, lebih bias dari angan angan. Aku, hanya seorang lelaki yang bermimpi  bisa mencintaimu, dan dicintai olehmu.
Tahukah kau Ami, mungkin Tuhan menciptakan cinta, agar tak ada yang perlu didukakan lagi, dalam hidup kita.
Tersenyumlah selalu Ami, tersenyumlah; Tetaplah tersenyum, meski dalam tangisanku.
Lihatlah, Ami, langit malam yang hening, seakan ingin memecah ketuk jantung kita; Ketuk jantung yang mencintai, dalam sepi.
Hujan terhempas dari biru lazuardi, saat aku hendak buru-buru pergi, saat kulihat matamu berair, sungguh airmu lebih mendukakan dari apapun bagiku.
Hujan, cukuplah engkau menangis sedih kehilangan matari, tidakkah kau lihat, kekasihku, jauh lebih duka, tak dapat bertemu daku.
Jangan sekali lagi kau menangis, manisku; Perpisahan, hanya soal jarak yang bernak pinak, bukan perasaan kita, yang mati suri.
Tak ada yang perlu kau sedihkan manisku; sungguh, kau hanya perlu menunggu waktu, membawa daku, kepelukanmu.
Bersabarlah manisku, dunia menunggu senyumanmu, hujan menanti pelangimu, dan aku selalu menunggu kehadiranmu, disisiku.
Walau aku selalu tak bisa menghapus kesedihanmu, setidaknya aku tidak akan membiarkan kau bersedih sendirian, sayang.
                Semakin aku gugup saat melihatnya, semakin aku senang saat membaca semua pesan pesannya, dan semakin aku menyukai sajak sajaknya, semakin aku menyadari kalau aku mencintainya. Takdir dan waktu terus mengampiri dan berjalan kearah kami berdua. Suatu hari dimana ujian sekolah sudah berakhir, ia mengajakku untuk pergi kencan untuk yang pertama kalinya, awalnya aku bingung, bagaimana bisa dua orang yang tidak pernah bercakap satu patah katapun bisa berkencan? Apa yang akan kami berdua bahas dan apa yang akan kami berdua lakukan jika bertemu? apakah akan berpaling atau menunduk seperti biasa?. Pertanyan pertanyaan itu terus menghantui dan membuatku semakin bingung. Namun, aku menerima ajakannya karena ini kesempatan dan mungkin ia mulai menyadari dan ingin membina hubungan kami dengan lebih serius. Waktu itu tanggal 6 april 2012, hari Jumat, dimana suasana siang sangat terasa menyengat dan mengganggu pikiran, sejak mulai bangun tidur pagi tadi perasaanku sudah mulai gusar, gugup dan gelisah, ‘hari ini hari dimana aku berkencan untuk yang pertama kalinya dalam hidupku’ kataku dalam hati, aku sudah menyiapkan pakaian yang akan kupakai pada siang itu, dia bilang bahwa foto yang aku pajang di display picture sangat manis ketika tersenyum sambil memakai baju berwarna pink, jadi aku berencana memakai baju itu, untuk memikatnya, aku juga memakai minyak wangi beraroma vanilla agar terasa lebih manis. Jam yang sudah dijanjikkan akhirnya datang juga, perasaanku mulai terasa campur aduk, mulai dari gugup, gelisah, bahagia, dan bingung, aku mencoba menenangkan diri, dan berpikir obrolan apa yang akan kami bicarakan nanti. Syukurlah, kencan berlangsung lancar tanpa kejadian konyol apa apa, karena aku selalu melakukan hal konyol jika gugup, kami menonton film hantu yang berjudul woman in black dan tak terhitung sudah berapa kali aku menjerit, awalnya aku merasa malu sekali, namun aku senang jeritanku membuat dia tertawa. Kemudian, kami memakan masakan restoran yang cukup mahal, meskipun menunggu pesanannya sangat lama namun  aku juga senang bisa menghabiskan waktu dengannya lebih lama, kegugupan dan kegelisahanku akhirnya berkurang sedikit demi sedikit, ia selalu bisa mencairkan suasana sehingga tidak kaku, rasanya kami sudah seperti sepasang kekasih. Semenjak hari itu, rumor diantara kami semakin parah, tapi kami tidak meperdulikannya dan agak senang karenanya.
                Tidak sampai sebulan waktu berlalu, semenjak rumor diantara kami semakin parah dan teman teman kami semakin mengolok olok, timbul kejadian yang tidak begitu mengenakkan.
“kalian ini lucu ya, padahal sudah berkencan berdua dan sudah punya panggilan masing masing, namun kalian belum juga jadian” kata temanku yang saat ini sepertinya tidak ingin kuakui sebagai temanku, saking kesalnya.
“bukannya kalian sudah lama melakukan pendekatan?” katanya lagi “ia seperti seorang pemberi harapan palsu, kalau aku sih tidak mau terus terusan menunggu laki laki begitu, kalau aku jadi kau, aku akan meninggalkannya” katanya dengan nada sok cantik, seolah olah berkata kalau dia lebih cantik dan lebih diminati oleh para lelaki melebihiku. Aku diam saja, dan ‘mendiami’nya selama beberapa waktu, terbesit dipikiranku sesaat, akankah tiba saatnya dimana ia menjadikanku sebagai kekasihnya? Jika tidak ada tanda tanda itu, sepertinya aku harus menjauhinya, pikirku. Namun, apalah guna kesediaanku menunggunya selama ini? Kesediaanku menerima ajakan kencannya dan kesediaanku digosipkan dengannya? Bukankah itu karena diriku mencintainya, yah aku mencintainya, dan aku akan menunggu sampai saat itu tiba, waktu dan takdir pasti akan berpihak padaku.
                Sampai saat ini dan sampai detik ini aku tidak akan melupakan kejadian kejadian yang pernah kualami dengannya dan moment indah pada tanggal 28 april 2012 hari sabtu dan pukul lima sore hari dikomplek perumahanku, ia memberanikan diri untuk menyatakan rasa suka nya dan ingin menjadikanku kekasihnya, aku bahagia, sungguh bahagia yang tidak dapat dinilai harganya, dan aku berharap bisa selalu bahagia bersamanya sampai waktu berhenti untukku dan takdir memang berpihak padaku. Aku harap ia senang karena aku menjadikan dia sebagai pemeran utama di cerpenku yang happy ending ini.