Jumat, 02 November 2012

Macet


Mengerjakan tugas laporan, belajar untuk menghadapi kuis dan uts, membeli isi binder, pensil dan penghapus baru, mempersiapkan surprise untuk ibu tersayang, membantu kakak menjahit bros, dan.. satu persatu kegiatan mulai menyesaki benakku, kemudian aku membuka mata pelan sambil mengibaskan rambut yang lengket karena keringat perlahan kebelakang dan membenarkan posisi duduk di kursiku yang sempit dan kecil, belum lagi posisinya agak miring kebawah, kalau saja tidak setiap sepuluh menit sekali aku membenarkan posisi duduk, pasti seluruh tubuhku sudah merosot sampai kebawah. Sinar matahari yang sudah tidak malu malu lagi mulai menyerangku dengan kasar, menyilaukan mata dan hampir memerahkan setengah wajahku yang memang kukeluarkan sedikit dari jendela bus karena menginginkan sedikit udara segar dari bus yang sesak, namun bukanlah udara segar yang membelai wajahku, melainkan angin panas yang mengandung debu debu halus maupun kasar yang berlomba memasuki mata dan hidungku, klaksonan mobil dan motor, gemerisik gesekan ban yang menyentuh tanah berbatu terdengar saat beberapa supir memaksakan kendarannya melewati jalan yang terjal kebawah, dan teriakan sesumbar yang kasar terdengar keluar dari mulut orang yang berpindidikan maupun yang tidak, pemandangan ini, suara ini, rasa ini dan suasana ini sangat tidak bosan bosannya menjahili hari dan duniaku yang semula bisa dibilang tentram.
            “tik, tidur ya?” terdengar sesayup suara lembut dari sebelah tempatku duduk “macet lagi nih, gimana dong?”, katanya lagi, aku hanya diam sambil memerhatikan barisan kendaraan kacau balau yang memanjang kesamping kearah tikungan yang tajam. Macet, semua orang yang tinggal di kota atau di perbatasan kota sekalipun pasti pernah mengalami kejadian ini.”yah, padahal aku janji mau nemenin mama aku beliin kado buat adik aku” terdengar suara yang lebih melengking dari yang sebelumnya, itu suara Inne, “aku mau ngebalikin dvd yang kemarin aku pinjem, gimana nih, kalo malem tokonya udah tutup, kalo balikin besok, berarti aku bakalan kena denda” kata putri, teman yang duduk disebelahku. Benar, semua orang yang mengalami macet, pasti merasa kesal dan jengah karena menghabiskan waktu, banyak kegiatan lain yang harus dilakukan dan terasa membosankan, semua kegiatan yang terhenti atau tertunda diluar perkiraan adalah sesuatu yang tidak mengenakkan, memang kehidupan tidak selalu lancar seperti yang ada dalam benak manusia, contohnya, cinta.
            Masa menuju titik kedewasaan, menstabilkan emosi, dan merubah persepsi ‘cinta monyet’ terjadi di masa SMA, namun tidak terhitung jumlah murid yang berpacaran dengan teman satu sekolah mereka sendiri, tidak termasuk aku. Sejak masuk SMA hingga saat itu, aku tidak merasakan berpacaran dengan teman satu sekolahku, sekalipun jatuh cinta dan sempat mengalami masa pendekatan. Sesekali aku menatap iri dengan teman dekat maupun teman yang tidak terlalu dekat, iri saat melihat mereka berjalan kekantin berdua sambil tertawa kecil, iri saat melihat mereka berboncengan keluar masuk perkarangan sekolah dengan mengenakan seragam sekolah, iri saat melihat mereka berduaan di balkon lantai tiga maupun lantai dua gedung sekolah. Semenjak awal kelas satu SMA, aku sudah berkali kali jatuh cinta dengan beberapa laki laki, meskipun awalnya mengalami kedekatan, namun pada akhirnya status berpacaran tidak kunjung aku dapatkan. , aku berpikir kalau aku tidak akan pernah bisa pacaran dengan murid sekolah ini.
 jarum terus bergerak kearah kanan dengan kecepatan dan nada yang teratur, langit, menunjukkan waktu dan suasana yang sedang kita alami. Waktu terus berjalan dan menguasai kita sampai akhir dunia. Akan tetapi, waktu yang bisa menentukan suasana dan terlihat seperti menguasai segalanya pun tetap berlari mengejar tanpa mengetahui keinginan, takdir dan kejadian yang kita alami. Meskipun kau sudah berusaha sampai titik darah penghabisan untuk mencapai tujuanmu, takdirmu tetap ditentukan dan waktu terus mengejarmu. Terkadang, takdir dan waktu bisa bersahabat dengan dirimu hanya apabila kau mengerti mereka, mungkin takdir yang mempertemukanku dengan dirinya dan waktulah yang berkuasa saat memperlihatkan keindahannya. Akhirnya aku berada dalam situasi dimana orang orang mulai berlomba mencari tempat bimbel yang bagus, membeli buku buku soal soal persiapan UN dan SNMPTN, berkonsultasi dengan guru maupun mentor, mengikuti try out yang diadakan dimana, kapan dan oleh apa saja, dan memperhatikan promosi dan seminar seminar dari beberapa universitas dengan seksama, benar, aku memasuki semester dua kelas tiga SMA, ketegangan dan kegigihan mulai merambat satu persatu dan memasuki jiwa para murid yang ingin mempunyai masa depan yang menyenangkan. Disaat semua orang mulai sibuk dengan semua itu, ditengah tengah pelajaran yang berlangsung di sebuah kelas, teringat lagi akan keinginanku dulu untuk mempunyai pacar dengan anak satu sekolah saat melihat seorang temanku sedang menemui kekasihnya didepan pintu, bagaimana dan apa saja rasanya saat berpacaran dengan teman satu sekolah mulai kembali mengalir ke benakku, hanya satu jawaban yang kudapatkan setelah melamun sejenak dalam keadaan yang sunyi, ‘menyenangkan’. Kemudian, aku berpikir lagi bahwa ini bukan saatnya memikirkan cinta , yang harus dipikirkan adalah bagaimana caranya lulus dengan nilai yang tinggi dan mendapatkan universitas bergengsi untuk mendapatkan masa depan yang terbilang cerah. Namun, saat aku berpikir untuk mencintai laki laki yang kutemui di jurusan yang sama dan berpacaran dengannya suatu saat nanti, aku salah besar.
Tok tok tok pintu kayu yang dilapisi cat minyak berwarna coklat diketuk oleh tangan seseorang, dan terdengar bunyi engsel pintu dipegang dan ditarik, aku dengan sigap menundukkan wajah, mengambil pena, dan pura pura menulis, namun saat aku sengaja mengangkat dagu perlahan dan menggerakan mata kekanan, bukan orang itu yang kulihat, bukan orang yang kutunggu tunggu dengan jantung yang berdegup dari tadi, aku menghela nafas pelan dan melihat kearah arloji temanku sekilas, waktu menunjukan pukul 14.50, hampir setengah jam saat jam pelajaran di sebuah kelas bimbel ini dimulai. ‘mungkin dia tidak masuk’ pikirku pelan dengan nada kecewa, ‘berarti aku baru akan bertemu dengannya minggu depan’, aku merasakan rasa kecewa yang lumayan dalam. Sepuluh menit setelahnya, pintu kembali diketuk dan dengan penuh harapan aku mengangkat daguku dan membelalakkan mataku dengan sigap melihat siapa yang akan memasuki ruangan, ternyata benar, laki laki yang kuharapkanlah yang memasuki kelas, sosok yang aku tunggu tunggu dengan perasaan gugup dari tadi, tanpa sengaja aku menatap dirinya selama beberapa detik, sadar diperhatikan, ia melirik kearahku, kearah mata hitamku yang penuh dengan dirinya, kami bertatapan tidak lebih dari satu detik, aku kembali melihat kebuku catatan dan ia kembali menunduk sambil melangkahkan kaki masuk kedalam ruangan, diiringi dengan sorakan anak anak lainnya yang berkata “sudah telat setengah jam, enggak usah kursus aja sekalian”, dan lain sebagainya, jantungku bertambah kencang degupannya dengan irama yang tidak konstan, mungkin kalau aku sebuah boneka bersekrup, sekrupku harus diputar lima detik sekali saat melihat dirinya, hanya satu detik, satu detik saat aku bertatapan dengannya, satu detik yang berharga.
Aku menggenggam erat handphoneku ditangan kanan dan melirik kearahnya satu menit sekali, saat led dari hadphoneku menyala merah, dengan sigap dan cepat aku membuka kunci dan melihat messenger yang kuterima, dengan senyum sumringah aku melihat nama yang tertera disana, ternyata benar, itu dirinya, sesegera mungkin aku menekan tombol ‘open chat’.
Hei :p lagi apa? Udah mandi sama sholat kan? Kalo belum, sholatlaah :p
Aku membalasnya dengan cepat, dan aku memulai membincangkan kejadian tadi.
Tadi kita selihatan kan? Kok kamu nunduk sih? Hahahaha
            Haha, aku masih malu, maaf ya L :p
            Haha, gak papa kok, aku juga malu, hehe J
            Oiya, sudah US nanti gak ada acara kan? Aku mau ngajak jalan, mau nggak?
Air minum yang semula berada dalam mulutku, setengahnya menyembur keluar, jantungku mulai berdegup kencang seperti biasa, dengan cepat aku kembali mengetik
            Hehe, maulah :P kemana?
Ia serius mengajakku jalan berdua saja setelah ujian sekolah nanti, rasa bahagia yang tak tertahankan menjalar dari ujung rambut sampai ujung kakiku, pikiranku seolah ingin mengeluarkan ‘bunga’, kalau saja dirumahku sekarang terdapat kolam renang, aku pasti akan melompat kedalamnya dengan tanpa melepas pakaianku dan berteriak keras keras. Namun, pikiran ‘bunga-bunga’ ku terhenti saat aku memikirkan kalau kami tidak pernah sekalipun bertatapan dan berbincang bincang, bagaimana mungkin kami berdua akan ‘berkencan’ dengan tenang, aku pasti akan mengalami degupan jantung yang dahsyat, keringat dingin dan sakit perut saking gugupnya, namun pikiran itu kutunda sementara, yang kupikirkan saat ini hanyalah ‘kebahagiaan’, aku sangat bahagia diajak kencan oleh laki laki yang kuciintai meskipun bukan kekasihku, sudah lama sekali aku tidak merasakan sensasi kebahagiaan karena cinta ini.
            Waktu yang sudah ditunggu tunggu telah tiba, semakin mendekati jam dua siang, degupan jantungku semakin kencang dan terdengar sampai ketelingaku sendiri, handphone yang aku pegang berkali kali hampir jatuh karena keringat di telapak tanganku yang keluar dengan teramat banyak. Sekarang, aku sudah berada di tempat yang dijanjikan, aku sengaja duduk dan menghela nafas panjang untuk menenangkan pikiran, kakakku bilang kalau kau ingin semuanya berjalan lancar, tariklah nafas dalam dalam dan hembuskan seperti kau mengeluarkan seluruh masalahmu, belum sempat aku melakukan semua itu, sosok laki laki yang kutunggu tunggu mulai terlihat batang hidungnya, semula aku menunduk dan begitu pula dirinya, saat ia sudah mendekat kearahku, aku berdiri dengan menguatkan kedua kakiku yang kesemutan, aku menahan nafas dan mengatur suaraku sejenak agar tidak terdengar gemetar, dengan perlahan dan dengan satu kata yang kuucapkan pertama kali untuknya, “mau langsung keatas?” tanyaku dengan menatap matanya, ia juga terlihat gugup, kondisinya hampir sama denganku “hmm.. iya” jawabnya. Aku berpikir kalau kencan pertama dalam hidupku ini akan berlangsung hambar karena kami berdua sama sama gugup, namun pikiranku salah besar, kami berkencan selayaknya pasangan muda mudi biasa, ia dengan mudah mencairkan suasana dengan suaranya dan nada bicaranya yang lembut serta didampingi dengan tawaan dan canda kecilnya, aku sangat bersyukur bisa hidup sampai hari ini saking senangnya, aku senang sekali bisa berkencan dan mencintai laki laki ini sampai detik ini. Waktu menunjukkan pukul setengah 6 sore, dan kami mulai memutuskan untuk mengakhiri kencan ini, sesaat setelag kami berjalan kearah berlawanan, ia berteriak “Makasih manis” aku terkaget mendengarnya berkata demikian, saking kagetnya aku tidak bisa berkata apa apa, aku hanya membalas dengan senyuman kecil dan menunduk lalu berjalan kearah pintu luar. Sebenarnya, aku agak kecewa dengannya, semula aku berpikir kalau dia akan menyatakan cintanya padaku, namun tidak berjalan semulus itu, inilah awal ‘macet’ bermula.
            Hampir seluruh teman dekatku mengetahui kedekatan kami, tidak sedikit dari mereka menulis dan mengolok olok kami di dunia maya maupun nyata, namun itu tidak masalah buatku, aku senang bisa digosipkan dengan laki laki yang memang aku sukai. Hampir satu bulan berlalu setelah kencan itu kami masih melalukan komunikasi lewat handphone seperti biasa, rasa penasaran dan harapanku sedikit demi sedikit mulai sirna akan cinta dari dirinya, aku mulai berpikir yang tidak tidak, akankah tiba saatnya saat ia menyatakan rasa cinta padaku? Apakah sebenarnya ia mencintaiku? Kalau ia benar benar menyukaiku tidak mungkin ia membiarkanku menunggu begitu lama? Apa yang sebenarnya ia pertimbangkan? Satu persatu pertanyaan memasuki pikiranku, dan malangnya aku tidak dapat menjawabnya sendiri, semua orang benar, terjebak dalam situasi macet itu sangat tidak mengenakkan, banyak hal yang harus kita pikirkan, banyak hal yang harus kita lakukan, menunggu bukan sesuatu yang enak untuk dilakukan mengingat kita tidak bisa melakukan apa apa selain duduk diam dan berpikir positif, karena kalau tidak berpikir positif, kita bisa jadi gila.
            Ada seorang ‘teman’ yang pernah berkata begini “tik, kok kamu mau sih di PHP-in kayak gitu? Kalian udah ada panggilan sayang lho, masa’ kamu belum ditembak sih? Kalau aku sih gak bakalan mau menunggu selama itu, masih banyak kok cowok yang lain”.kata katanya yang tajam seolah menyiram minyak kedalam api yang merah membara, ia benar, aku seperti seorang yang bodoh karena terus menunggu sesuatu yang tidak begitu pasti, akan tetapi setelah menimang nimang, berpikir keras dan melamun sejenak, aku mendapatkan sebuah jawaban, untuk apa selama ini aku berkomunikasi dengannya? Untuk apa selama ini aku menunggu dia datang keruang kelas sambil menunduk dan gugup? Untuk apa selama ini aku menunggunya datang kesekolah dan menunggu dia lewat dari atas balkon? Untuk apa selama ini aku memeperhatikan punggungnya sampai hilang sosoknya saat pulang sekolah? Itu semua demi dirinya, itu semua demi kebahagaiaan diriku, aku yakin kalau aku bisa menunggu saat ia menyatakan cintanya padaku selama apapun itu, karena itu yang memang aku tunggu, karena itu yang memang aku inginkan, aku menginginkan dirinya dengan semua lebih dan kurangnya.
            Beberapa hari kemudian saat mentari sudah malu malu dan membenamkan dirinya, ia menyatakan rasa cintanya padaku, demi semua rasa, yang aku rasakan saat ini hanya rasa bahagia, hanya satu rasa, namun memenuhi jiwaku dengan amat berlimpah. Sampai sekarang, aku dan dirinya tetap menjalin cinta tanpa adanya rasa kurang sedikitpun, kami dijuluki pasangan yang paling romantis oleh teman teman kami. Adakah hal lain yang dapat menggantikan semua ini? Aku rasa tak ada, andai saja saat itu aku sudah mundur, andai saja saat itu aku sudah menyerah, pasti rasa bahagia ini tidak akan pernah aku dapatkan seumur hidup. Macet dan menunggu memang kejadian yang sangat tidak menyenangkan untuk diperbincangkan, namun, kalau kita bisa mengerti akan arti dibalik semua itu, akan ada balasan yang jauh lebih berarti.
            “wah akhirnya sampai Palembang tepat waktu, asiiik bisa nemenin mama, apalagi mama sedang berada drestoran pasti setelahnya aku bakalan ditraktir” kata inne dengan senyum sumringah
“rental dvd juga belum tutup, eh, barusan aku dapet kabar dari pemiliknya kalau ada stok dvd film terbaru dan baru muncul hari ini, entar aku pinjem, kita nonton sama sama dirumah aku ya, teman” kata putri sambil memegang handphonenya, tak lama setelah itu, handphoneku bergetar, ada sebuah messenger yang masuk. Sayang, kamu udah dipalembang kan? Aku jemput ya, setelahnya kita makan yuk, kamu pasti belum makan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar