Tik tok tik tok, jarum terus
bergerak kearah kanan dengan kecepatan dan nada yang teratur, langit,
menunjukkan waktu dan suasana demi suasana yang sedang kita alami. Waktu terus
berjalan dan menguasai kita sampai akhir dunia. Akan tetapi, waktu yang bisa
menentukan suasana dan terlihat seperti menguasai segalanya pun tetap berlari
mengejar tanpa mengetahui keinginan, takdir dan kejadian yang kita alami.
Meskipun kau sudah berusaha sampai titik darah penghabisan untuk mencapai tujuanmu,
takdirmu tetap ditentukan dan waktu terus mengejarmu. Terkadang, takdir dan
waktu bisa bersahabat dengan dirimu hanya apabila kau mengerti mereka, mungkin
takdir yang mempertemukanku dengan dirinya dan waktulah yang berkuasa saat
memperlihatkan keindahannya.
“kau
belum tidur?” suara yang agak parau dengan nada sedikit cemas terdengar
ditelingaku “jangan bermain dengan handphone mu terus, apa kau sudah
menyelesaikan tugasmu?” kali ini suara itu terdengar melengking dan ada
perasaan kesal didalamnya.
“sebentar lagi bu” jawabku dengan
singkat dan datar, ibu hanya menghela nafas perlahan dan pergi setelah menutup pintu kamarku.
Sebenarnya aku suka sekali tidur lebih cepat dan bangun lebih awal, namun ada
sesuatu yang sangat menarik perhatianku malam ini, aku sedang membaca timeline
seseorang, rutinitas ini sudah kulakukan baru baru ini dan semakin lama aku
semakin tertarik. Orang ini sangat menyukai sajak, ia mempunyai akun twitter
kedua dan menyembunyikan identitasnya meskipun itu usaha yang sia sia, aku tahu
persis siapa yang memiliki akun ini. Setiap malam ia selalu membuat beberapa
sajak mengenai dirinya. Meskipun ini tidak bisa dibilang perbuatan yang terpuji
karena kurang sopan men-stalke twitter orang lain dengan sengaja dan terus
menerus. Namun aku menyukai kata kata yang ia posting meskipun sebenarnya kata
kata itu tak lebih dari perasaan sedih pembuatnya yang bisa membuat hati
pembacanya teriris, terus terang aku juga tidak begitu mengerti kata kata yang
ia rangkai, akan tetapi aku sangat tertarik dengan apa yang dilakukannya, dia
membuat suasana sedih, pedih dan sakit menjadi begitu nyata.
Ia
selalu membuat sajak sajak yang menorehkan kesedihan yang amat mendalam, aku
tahu itu, aku dapat merasakannya, mungkin ini karena kegagalannya dalam menjalin
hubungan dengan pacarnya. Kalau aku yang menjadi pacarnya, aku akan sangat
sedih bila orang yang mencintaiku terus menuliskan sajak kesedihannya tentang
diriku terus menerus, ini sama seperti seorang penulis yang membuatku sebagai
pemeran utamanya dan mengakhiri cerita dengan unhappy ending. Terbesit
keinginan dibenakku, suatu saat akan kubuat orang ini menuliskan namaku dan aku
sebagai pemeran utama dan tokoh didalam sajaknya, namun bukan sajak yang
mengadung kesedihan dan kepiluan, melainkan sajak yang mengandung kebahagiaan
dengan berbagai arti.
Banyak
wanita yang menginginkan bunga, boneka beruang raksasa, kue, atau coklat dari
kekasihnya, namun tidak denganku, yang aku inginkan hanya kata kata penuh cinta
yang dibuat oleh orang yang sangat mencintaiku dengan sepenuh hatinya, suatu
saat ketika aku menjadi seorang penulis terkenal, sajak sajaknya akan kumuat
dalam cerita cerita ku, dan kami berdua akan membacanya berulang ulang sampai
tua, sampai salah satu dari kami tidak bisa lagi merangkai kata kata, itu
keinginanku, sederhana.
“aku tidak mau pacaran dengan
orang yang tidak mengerti hobiku” kataku dengan kasar kapada seorang teman
wanitaku, “maksudmu?” tanyanya dengan mengernyitkan alisnya yang tipis, “kau
tahu tidak, baru baru ini aku membuat cerpen untuk menguji seseorang”, jawabku
“menguji?” tanyanya lagi
“aku membuat sebuah cerpen dan
meminta ia untuk menilainya, dan kau tahu apa komentarnya? Dia hanya bilang
‘bagus’ dan ketika kutanyai lagi mengenai bagian apa yang ia sukai, dia
menjawab ‘semuanya’ “, jawabku dengan nada kesal.
“lho, itu baguskan, artinya
cerpen buatanmu benar benar bagus dan ia menyukai semua bagiannya”
“apanya yang bagus, jawaban itu
membuatku kesal, suasananya seperti ini, jika kau ditanyai mengenai film
kesukaanmu kau pasti akan menjawabnya dengan bersemangat dan menyebutkan bagian
khusus yang kau sukai, kan? Pasti begitu, dan itu bukti kalau dia tidak
menyukai cerpenku atau mungkin tidak menyukai hobiku” jawabku, mencoba
menjelaskan
“mungkin ia hanya tidak mengerti
mengenai cerpenmu, kau sering memakai kata kata sulit dan orang yang agak kaku
pasti tidak bisa memahaminya, kan”
“nah itu tadi!” jawabku dengan
nada kesal “aku tidak mau pacaran dengan orang yang tidak mengerti hobiku,
meskipun ia menelepon dan mengirimiku pesan berkali kali, aku tidak akan
memerdulikannya, bisa kau bayangkan betapa tersiksanya aku ketika pacaran
dengan dia, kan? Aku pasti akan terus menahan hati” jawabku
“kau memang orang yang keras
kepala, ami, bukan salah dia kalau dia tidak mengerti hobimu kan? Kalau begitu
kau harus berpacaran dengan laki laki yang mengerti sastra, hahaha” jawab nya
sambil mengolok olok
“yah mungkin aku memang keras
kepala, tapi kalau aku membuat cerita dan merangkai kata kata bagus untuknya
dan dia tidak mengerti itu pasti akan membuatku kesal, itu saja”
“ngomong ngomong” katanya lagi
“aku tahu laki laki yang mengerti sastra , anak kelas unggulan disebelah kan?
Setiap pagi ia terus terusan me-retweet sajak sajak cinta, sepertinya kau cocok
dengan orang yang seperti itu” jawabnya dengan sinis.
“ehm, sesudah ini pelajaran
matematika kan? Aku pinjam buku latihanmu dong, semalam aku lupa membuat PR” kataku, mencoba mengalihkan pembicaraan, aku
takut ia akan menjelek jelekkan laki laki yang saat ini sedang menarik
perhatianku itu, sepertinya orang orang tidak menyukai hobinya itu, memang
jarang ada sih laki laki yang menyukai sajak sajak indah begitu dijaman dan
suasana yang serba kasar begini, ‘cerpenpun sekarang sudah tidak begitu
diminati, apa lagi sajak’, pikirku. Namun itulah letak keunikannya, aku kira
laki laki seperti itu hanya satu diantara dua ratusan orang.
Semua
berawal saat dia menanyaiku mengenai ulangan biologi, ibuku guru biologi
disekolahku dan mengajar dikelasnya, ia menanyaiku mengenai pelajaran dikelas
dan aku juga begitu, ia orang yang cukup bisa diajak bersahabat dan bercanda,
bisa dibilang aku merasa nyaman saat berkomunikasi dengannya walaupun dalam
pesan pesan, belum lagi ia tidak seperti laki laki yang berada didalam
lingkungan unggulan dalam waktu lama yang selalu bersikap serius, kaku dan
tidak begitu bisa diajak bercanda. Obrolan kami berlanjut semakin akrab dan
semakin akrab sehingga ada suatu ketertarikan dalam diri kami masing masing.
Aku kira ia dan aku menyadari ketertarikan ini.
Namun
saat berada didunia nyata, kami tidak pernah sekalipun mengobrol atau sengaja
bertemu meskipun dalam obrolan dihandphone terlihat begitu akrab seperti sudah
mengenal sejak lama, ada rasa teramat gugup yang menguasai seluruh tubuhku saat
bertemu atau berpapasan dengannya secara tidak sengaja, begitu pula dengannya,
aku selalu berpura pura melakukan sesuatu atau memandangi sesuatu yang lain
saat berpapasan dengannya, dan ia sepertinya terus melakukan hal terbaik untuk
menghindar, kami hanya diam seperti orang yang tidak saling kenal saat bertemu.
aku masih ingat perasaan ketika menunggu dan memandanginya dari balkon setiap
pagi, aku masih ingat perasaan dimana aku memperhatikannya mengemudikan
motornya hingga tak terlihat lagi, aku masih ingat saat aku terkaget dan berpaling
kebelakang seperti orang bodoh saat tiba tiba melihatnya didepan mataku, aku
masih ingat saat ia pura pura melihat kearah denah sekolah saat melihatku turun
dari tangga, dan aku masih ingat ketika
menunggunya datang keruang kelas tempat kursus dengan perasaan gugup. Aku dan
dia terus menyimpan rasa di waktu yang cukup lama dalam diam.
Akhirnya
setelah agak lama kami berdua melalukan pendekatan dengan sengaja, ia mulai
sedikit bisa menggodaku, ia mencoba memanggilku dengan panggilan ‘manis’, aku
sangat senang mendengarnya, namun itu berarti aku juga harus mempunyai nama
panggilan khusus untuknya, awalnya aku hanya bercanda dengan memanggilnya
‘jelek’, namun ia menanggapinya dengan serius dan kami berpikir bahwa ini lucu,
jadi kami membuat status dalam blackberry masing masing yang berbunyi ‘we are
sweet and ugly J’, dan mulai muncul rumor
rumor mengenai kedekatan kami. Aku menyukai sajak sajaknya dan ia pernah
mengirimkan beberapa kepadaku, yang bunyinya
Aku selalu berdoa, mudah mudahan kau tak sama seperti mereka, yang
menilai hanya dari apa yang bisa mereka lihat. Sungguh aku bukan siapa siapa
dan tak punya apa apa, namun aku takkan pernah berhenti mencintaimu.
Aku selalu heran, mengapa Tuhan menciptakanmu begitu manis didepanku,
berkedip adalah cara Tuhan menegurku, agar tak terlalu lama memandangmu.
Kau tahu, aku tak peduli bagaimana dunia menjatuhkanku. Selama kau
disisiku, aku sudah punya lebih dari segalanya.
Demi semua rasa indah yang belum bisa kuberi nama, aku berharap bisa
menjadi satu-satunya lelaki yang mampu mengusap air matamu, dengan lembut.
Takkan ada yang mampu mengungkap diam kita. Ya, tak ada, bahkan aku
atau kau sekalipun. Hanya waktu, dan sebuah rasa dalam hati kita, yang belum
juga mampu kita ungkapkan.
Kau lebih terang dari kerjap cahaya, lebih anggun dari purnama, lebih
bias dari angan angan. Aku, hanya seorang lelaki yang bermimpi bisa mencintaimu, dan dicintai olehmu.
Tahukah kau Ami, mungkin Tuhan menciptakan cinta, agar tak ada yang
perlu didukakan lagi, dalam hidup kita.
Tersenyumlah selalu Ami, tersenyumlah; Tetaplah tersenyum, meski dalam
tangisanku.
Lihatlah, Ami, langit malam yang hening, seakan ingin memecah ketuk
jantung kita; Ketuk jantung yang mencintai, dalam sepi.
Hujan terhempas dari biru lazuardi, saat aku hendak buru-buru pergi,
saat kulihat matamu berair, sungguh airmu lebih mendukakan dari apapun bagiku.
Hujan, cukuplah engkau menangis sedih kehilangan matari, tidakkah kau
lihat, kekasihku, jauh lebih duka, tak dapat bertemu daku.
Jangan sekali lagi kau menangis, manisku; Perpisahan, hanya soal jarak
yang bernak pinak, bukan perasaan kita, yang mati suri.
Tak ada yang perlu kau sedihkan manisku; sungguh, kau hanya perlu
menunggu waktu, membawa daku, kepelukanmu.
Bersabarlah manisku, dunia menunggu senyumanmu, hujan menanti
pelangimu, dan aku selalu menunggu kehadiranmu, disisiku.
Walau aku selalu tak bisa menghapus kesedihanmu, setidaknya aku tidak
akan membiarkan kau bersedih sendirian, sayang.
Semakin
aku gugup saat melihatnya, semakin aku senang saat membaca semua pesan
pesannya, dan semakin aku menyukai sajak sajaknya, semakin aku menyadari kalau
aku mencintainya. Takdir dan waktu terus mengampiri dan berjalan kearah kami
berdua. Suatu hari dimana ujian sekolah sudah berakhir, ia mengajakku untuk
pergi kencan untuk yang pertama kalinya, awalnya aku bingung, bagaimana bisa
dua orang yang tidak pernah bercakap satu patah katapun bisa berkencan? Apa
yang akan kami berdua bahas dan apa yang akan kami berdua lakukan jika bertemu?
apakah akan berpaling atau menunduk seperti biasa?. Pertanyan pertanyaan itu
terus menghantui dan membuatku semakin bingung. Namun, aku menerima ajakannya
karena ini kesempatan dan mungkin ia mulai menyadari dan ingin membina hubungan
kami dengan lebih serius. Waktu itu tanggal 6 april 2012, hari Jumat, dimana
suasana siang sangat terasa menyengat dan mengganggu pikiran, sejak mulai
bangun tidur pagi tadi perasaanku sudah mulai gusar, gugup dan gelisah, ‘hari
ini hari dimana aku berkencan untuk yang pertama kalinya dalam hidupku’ kataku
dalam hati, aku sudah menyiapkan pakaian yang akan kupakai pada siang itu, dia
bilang bahwa foto yang aku pajang di display picture sangat manis ketika
tersenyum sambil memakai baju berwarna pink, jadi aku berencana memakai baju
itu, untuk memikatnya, aku juga memakai minyak wangi beraroma vanilla agar
terasa lebih manis. Jam yang sudah dijanjikkan akhirnya datang juga, perasaanku
mulai terasa campur aduk, mulai dari gugup, gelisah, bahagia, dan bingung, aku
mencoba menenangkan diri, dan berpikir obrolan apa yang akan kami bicarakan
nanti. Syukurlah, kencan berlangsung lancar tanpa kejadian konyol apa apa,
karena aku selalu melakukan hal konyol jika gugup, kami menonton film hantu
yang berjudul woman in black dan tak
terhitung sudah berapa kali aku menjerit, awalnya aku merasa malu sekali, namun
aku senang jeritanku membuat dia tertawa. Kemudian, kami memakan masakan
restoran yang cukup mahal, meskipun menunggu pesanannya sangat lama namun aku juga senang bisa menghabiskan waktu
dengannya lebih lama, kegugupan dan kegelisahanku akhirnya berkurang sedikit
demi sedikit, ia selalu bisa mencairkan suasana sehingga tidak kaku, rasanya
kami sudah seperti sepasang kekasih. Semenjak hari itu, rumor diantara kami
semakin parah, tapi kami tidak meperdulikannya dan agak senang karenanya.
Tidak
sampai sebulan waktu berlalu, semenjak rumor diantara kami semakin parah dan
teman teman kami semakin mengolok olok, timbul kejadian yang tidak begitu
mengenakkan.
“kalian ini lucu ya, padahal
sudah berkencan berdua dan sudah punya panggilan masing masing, namun kalian
belum juga jadian” kata temanku yang saat ini sepertinya tidak ingin kuakui
sebagai temanku, saking kesalnya.
“bukannya kalian sudah lama
melakukan pendekatan?” katanya lagi “ia seperti seorang pemberi harapan palsu,
kalau aku sih tidak mau terus terusan menunggu laki laki begitu, kalau aku jadi
kau, aku akan meninggalkannya” katanya dengan nada sok cantik, seolah olah
berkata kalau dia lebih cantik dan lebih diminati oleh para lelaki melebihiku.
Aku diam saja, dan ‘mendiami’nya selama beberapa waktu, terbesit dipikiranku
sesaat, akankah tiba saatnya dimana ia menjadikanku sebagai kekasihnya? Jika
tidak ada tanda tanda itu, sepertinya aku harus menjauhinya, pikirku. Namun,
apalah guna kesediaanku menunggunya selama ini? Kesediaanku menerima ajakan
kencannya dan kesediaanku digosipkan dengannya? Bukankah itu karena diriku
mencintainya, yah aku mencintainya, dan aku akan menunggu sampai saat itu tiba,
waktu dan takdir pasti akan berpihak padaku.
Sampai
saat ini dan sampai detik ini aku tidak akan melupakan kejadian kejadian yang
pernah kualami dengannya dan moment indah pada tanggal 28 april 2012 hari sabtu
dan pukul lima sore hari dikomplek perumahanku, ia memberanikan diri untuk
menyatakan rasa suka nya dan ingin menjadikanku kekasihnya, aku bahagia,
sungguh bahagia yang tidak dapat dinilai harganya, dan aku berharap bisa selalu
bahagia bersamanya sampai waktu berhenti untukku dan takdir memang berpihak padaku.
Aku harap ia senang karena aku menjadikan dia sebagai pemeran utama di cerpenku
yang happy ending ini.